Senin, 13 Januari 2014

Eksotika Kawasan Kota Lama Jalan Kepodang Semarang

Scene Jl. Kepodang Kota Lama Semarang
Jalan Kepodang di kawasan kota lama Semarang, baru saja dilapisi paving-block. Sekarang tampak lebih rapi, cantik dan gilar-gilar. Kawasan ini tidak jauh dari Gereja Blenduk ikon kota lama Semarang. Sayang, drainase di kiri dan kanan jalan yang memang tak terlalu lebar itu tidak pula sekalian dibangun kembali. Yang tampak ialah got yang mampet, dengan air comberan yang kotor. Celakanya, di perempatan jalan itu, tempat para penjual ayam jago petarung, justru banyak tumpukan sampah, potongan kayu-kayu, bambu, plastik, dan sebagainya yang menumpuk dan semakin menyumbat aliran got. Padahal di kawasan inilah pusat kegiatan yang selalu ramai dari pagi hingga siang, di bawah teduhnya bangunan-bangunan lama yang menjulang. Lengkap dengan warung gulai dan pedagang kaki lima. Sesekali di sini ada pula penjual obat yang menggelar dagangannya.Suasana inilah yang menjadikan kawasan kota lama dengan bangunan-bangunan tua itu menjadi hidup.


Poster ajakan sketsa bareng. Banyak orang-orang menyaksikan tanpa kami sadari ketika kami beraksi


Di sepanjang jalan Kepodang memang banyak bangunan tua peninggalan zaman kolonial yang berjajar, berimpit, berdesakan, yang membuat kawasan ini menjadi eksotik. Kebanyakan bangunan-bangunan tua itu tidak terawat, meski masih memantulkan keunikan bentuk dan keindahan ornamen-ornamen yang menghiasinya. Malah sebagian di antaranya, dinding-dindingnya mengelupas, ditumbuhi tanaman-tanaman liar, dicengkeram akar-akar yang menjalar. Tapi suasana yang demikian itu justru menjadi daya tarik kami untuk menjadikannya obyek-obyek sketsa.

Rudi Hartanto, teman kami, merupakan salah seorang sketser dan kontributor Urban Sketching dunia, yang tidak bosan-bosannya mengambil bangunan-bangunan di kawasan ini menjadi obyek berkarya sketsa.Sudah sekitar tiga tahun pula kami sesekali bertemu di kawasan ini untuk membuat sketsa bareng dengan teman-teman Indonesia's Sketcher-Semarang. Beberapa kali pula kelompok ORArT ORET yang juga gemar corat-coret membikin sketsa bersama di tempat ini.


Searah jarum jam: bangunan tua di sekitar perempatan, beberapa teman mensketsa yang lain mengabadikan, mejeng bersama dengan peserta baru, bergambar bersama setelah selesai sketsa bareng.

Pernah suatu kali kami membuat sketsa bangunan di bagian timur kawasan ini yang tidak beratap lagi. Meski tanpa atap, dinding fasadnya memiliki jendela-jendela yang unik, bahkan terdapat ornamen kala di ambang pintunya. Sebulan kemudian, akibat hujan deras dan tiupan angin kecang, dinding bangunan yang sudah mulai keropos itu roboh. Kini tinggal puing-puing, tapi kami sempat mengabadikan dalam rekaman sketsa.

Di samping obyek bangunannya, suasana kawasan dengan para penjual dan pembeli yang melakukan transaksi, para bebotoh ayam jago, kurungan ayam, pagar-pagar bambu, warung kaki lima dengan atap bentangan-bentangan plastik, bagi kami amat menarik direkam menjadi karya-karya sketsa.

Belum lama ini kami bertemu lagi untuk bersketsa-ria di sana. Inilah beberapa sketsa yang merupakan jejak rekam kawasan eksotik itu.... 

Bangunan tua yang sudah tak beratap



Bangunan tanpa atap  yang kemudian roboh setelah kami buat sketsanya
Pemandangan di sekitar perempatan Jl. Kepodang

Deretan bangunan di sisi selatan  















































Para penjual dan bebotoh jago petarung






Pak Marmo penjual ayam jago   









Rudi H, seorang Urban Sketcher sedang mensketsa



























Seorang teman sedang mensketsa (atas), santai sejenak di warung kaki lima (bawah).